Bermula saat aku masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah kelas 4. Aku senang bermain dengan teman-teman hingga magrib tiba. Ketiak mau pulang ke rumah,jalan menuju rumah tidak kutemui, yang ada jalan baru, aku bingung , tak tahu mau melangkah ke mana. Dalam keadaan bingung demikian ,tiba-tiba ada seorang wanita cantik mengajak mampir ke rumahnya. Tanpa sadar kakiku ikut melangkah ke rumahnya.
Sesampai
di rumah gadis itu, aku disuguhi mie goreng warna ungu, saking lapar aku makan
dengan lahap. Kemudian aku ditidurkan di
atas sofa empuk. Aku terbangun karena tubuhku merasa ada yang menyentuh lembut
berkali-kali.Eee..ternyata tubuhku dijilati gadis itu dalam keadaan telanjang
dan anu-ku di kulum-kulum seperti mengulum gulaan. Aku kegelian.Dan…ketika
anu-ku mau dimasukkan ke anu-nya, dengan reflek aku tendang dia. Dia terjatuh
dari sofa.
Dengan marah yang sangat aku mau
dibunuhnya, aku lari sekuat tenagaku. Tapi, aneh,aku hanya lari di tempat.
Kemudian dengan mudah aku ditangkapnya,katanya ”Kali ini kamu aku ampuni,tapi
lain kali bila tidak mau awas, benar-benar aku bunuh.” Dengan keras aku
dilemparnya ke luar jandela. Aku jatuh di semak-semak.
Ketika berada di semak-semak itu, aku
dengar teriakan-teriakan orang kampung,”Raji! Raji di mana kau” Mereka mencari
aku dengan membawa suluh/obor dan menabuh niru. Aku melihat mereka yang mencari
aku,tapi aku tak bisa menyahut panggilan mereka.Mulutku terasa terkunci.
Siang
harinya aku ditemukan oleh ayahku ketika beliau mau membakar sampah.
Kata orang tuaku,aku disembunyikan hantu
baranak. Sejak kejadian itu aku tudak berani lagi pergi bermain sampai
senja/magrib. Sampai sekarang masih trauma bila melihat semak-semak yang lebat.
1 komentar:
Membaca tulisan di bagian kanan blog anda, saya turut simpati atas perlakuan TB Sahabat itu atas karya anda. Apalagi buku tersebut kelihatan cukup laris (bahkan saya memiliki cetakan ke-6nya). Seharusnya pada sampul buku itu ditulis Oleh: Fahrurraji Asmuni dan Tim Sahabat.
Sebaiknya anda revisi dan tambahkan juga beberapa datu lagi di buku asli anda dan terbitkan lewat penerbitan swakelola (misalnya saya lihat Tuas Media (Mahmud Jauhari Ali) atau Penakita (Aliansyah J). Buat format yang lebih menarik dan harga bersaing (misalnya font-nya diperkecil). Saya lihat kekurangan edisi ke-6 kisah Datu Kalimantan itu adalah mereka justeru mencantumkan dongeng-dongeng: seperti kisah Bumburaya dan beberapa tokoh dongeng lainnya. Bagi saya ini sudah mengurangi bobot buku itu. Saya yakin anda mampu membuat edisi yang lebih baik dan cukup "masuk akal". Semoga anda tidak bosan untuk selalu berkarya demi kelestarian budaya Banjar.
Posting Komentar